Gerakan Home Gardening Komunitas Transpuan Yogyakarta

Sebagai salah satu peran penting dalam kehidupan manusia adalah ketahanan pangan yang menjadi prasyarat mutlak. Pada era pandemi COVID-19 lalu, satu kunci kesuksesan ketahanan pangan adalah adanya perhatian besar pemerintah terhadap sistem pertanian, terutama pada komoditas lokal. Kerja sama dan peran di setiap tingkatan sosial masyarakat juga tidak kalah penting untuk menjaga sistem ketahanan pangan melewati Covid-19.

Ketahanan pangan adalah ketika semua orang di mana saja dan kapan saja dapat memiliki akses fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi makanan yang aman dan bergizi dengan cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.

Oleh sebab itu, Yayasan Kebaya sebagai organisasi berbasis komunitas memandang perlu menggalakkan gerakan sosial berkebun di rumah (home gardening) dengan cara pemanfaatan lahan pekarangan dan strategi urban farming, karena bisa menjadi salah satu solusi pangan mandiri komunitas transpuan. Hal ini sesuai dengan “visi dan misi” Yayasan Kebaya, yaitu menuju transpuan sehat berdaya, juga meningkatkan kualitas hidup dan kapasitas komunitas dampingan melalui pelatihan.

Wujud implementasi mendukung program ketahanan pangan, sejak tahun 2020, Yayasan Kebaya bersama Brot für die Welt (BfdW) sebagai donatur telah menggalakkan Program Gerakan Ketahanan Pangan Berbasis Komunitas yang bertujuan menjaga ketahanan pangan warga komunitas, meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan warga komunitas.

Kalau kegiatan pelatihan sebelumnya peserta dibimbing bagaimana cara menanam atau berkebun sayur mayur yang benar, kali ini bertajuk ”Home Gardening Training” yang fokus pada cara pembuatan pupuk organik secara swadaya.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Jumat, 4 November 2022, bertempat di Rumah Komunitas Seruni, Maguwoharjo, Yogyakarta. Hadir sebagai pembimbing training Ibu Bintari Rochim, S.P., M.M.A yang memberikan pemahaman apa itu home gardening kepada sekitar 20 peserta transpuan.

“Berkebun organik adalah salah satu metode ‘home garden’ yang paling populer. Artinya, menanam tanaman tanpa menggunakan pupuk sintetis atau pestisida. Metode ini berfokus pada pengembangan ekosistem yang optimal,” ujar Ibu Bintari.

Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

“Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan,” lanjut Ibu Bintari.

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya

Pada kegiatan praktik pembuatan pupuk organik ini dibagi menjadi 2 jenis pupuk organik, yaitu pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair (POC)

Untuk membuat pupuk organik padat membutuhkan beberapa bahan seperti:

  1. Pupuk kandang ( 1 karung )
  2. Daun-daunan kering/basah,
  3. Mikrobiologi Lokal atau EM4,
  4. Nutrisi bakteri / Tetes Tebu,
  5. Bekatul/sekam (± 1-2 kg)
  6. Tanah dan air.

 

Alat :

  1. Karung
  2. Cangkul
  3. Ember

 

Cara pembuatan:

  1. Campurkan pupuk kandang dan daun-daunan dengan tanah, taburi dengan bekatul hingga merata
  2. Setelah itu campurkkan nutrisi yang telah dicampur air sedikit demi sedikit sampai tanah cepel (cemek-cemek), bila diremas tidak berair, bila dilepas remah.
  3. Setelah tercampur rata, tutup campuran dengan karung/plastic. Aduk campuran pupuk tiap 3 hari sekali.
  4. Pupuk yang sudah jadi akan terlihat tumbuh jamur. Pupuk siap dipakai minimal 1—2 minggu setelah pembuatan.

 

Manfaat:

  1. Tanah dapuran bamboo banyak mengandung Trichoderma yang berfungsi sebagaii musuh alami tanaman.
  2. Menambah unsur hara tanaman/menyuburkan tanah

 

Sedangkan untuk pembuatan pupuk organik cair (POC) menggunakan bahan-bahan seperti:

  1. Karung kotoran ayam,
  2. Urin hewan
  3. Setengah karung dedak,
  4. 30 kg hijauan (jerami, gedebong pisang, daun leguminosa),
  5. 100 gram gula merah,
  6. 50 ml bioaktivator (EM4),
  7. Air bersih secukupnya.

 

Alat:

  1. Ember
  2. Jerigen plastik
  3. Kayu untuk mengaduk

 

Cara pembuatan:

  1. Larutkan EM4 ke dalam air secukupnya, lalu tambahkan gula merah, diamkan selama 20 menit
  2. Campurkan bahan padat, seperti dedaunan atau sayuran limbah rumah tangga ke dalam jerigen
  3. Tuangkan larutan bioaktivator atau EM4 ke dalam jerigen bila perlu tambahkan terasi untuk mempercepat proses
  4. Masukkan air kencing dan cucian bekas ke dalam jerigen aduk hingga merata. Tambahkan air secukupnya
  5. Aduk perlahan menggunakan tongkat kayu.
  6. Tutup rapat selama beberapa hari, lakukan pengadukan teratur hingga bau campuran tersebut seperti tape (ini menandakan fermentasi berhasil)

 

Yuk kita berkebun di rumah!

Penulis

Danial Kebaya; Seorang pegiat blog dan website komunitas, penyuka IT, komputer dan desainer grafis. Penulis bekerja dan tinggal di Yogyakarta.
Instagram: @kebaya4_yogyakarta

Sebarkan